Senin, 09 Mei 2011

bujha cabbhi sumenep

             Sejarah Sumenep jaman dahulu diperintah oleh seorang Raja. Ada 35 Raja yang telah memimpin kerajaan Sumenep. Dan, sekarang ini telah dipimpin oleh seorang Bupati. Ada 14 Bupati yang memerintah Kabupaten Sumenep.
Mengingat sangat keringnya informasi/data yang otentik seperti prasati, pararaton, dan sebagainya mengenai Raja Sumenep maka tidak seluruh Raja-Raja tersebut kami ekspose satu persatu, kecuali hanya Raja-Raja yang menonjol saja popularitasnya.
Pendekatan yang kami gunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan historis dan kultural, selain itu kami gunakan juga pendekatan ekonomis, psikologis dan edukatif.
  1. JAMAN PEMERINTAH KERAJAAN ARYA WIRARAJA
Arya Wiraja dilatik sebagai Adipati pertama Sumenep pada tanggal 31 Oktober 1269, yang sekaligus bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Sumenep. Selama dipimpin oleh Arya Wiraja, banyak kemajuan yang dialami kerajaan Sumenep. Pria yang berasal dari desa Nangka Jawa Timur ini memiliki pribadi dan kecakapan/kemampuan yang baik. Arya Wiraja secara umum dikenal sebagai seorang pakar dalam ilmu penasehat/pengatur strategi, analisanya cukup tajam dan terarah sehingga banyak yang mengira Arya Wiraja adalah seorang dukun.
Adapun jasa-jasa Arya Wiraja :
- Mendirikan Majapahit b ersama dengan Raden Wijaya.
- Menghancurkan tentara Cina/tartar serta mengusirnya dari tanah Jawa.
Dalam usia 35 Tahun, karier Arya Wiraja cepat menanjak. Mulai jabatan Demang Kerajaan Singosari kemudian dipromosikan oleh Kartanegara Raja Singosari menjadi Adipati Kerajaan Sumenep, kemudian dipromosikan oleh Raden Wijaya menjadi Rakyan Menteri di Kerajaan Majapahit dan bertugas di Lumajang. Setelah Arya Wiraja meninggalkan Sumenep, kerajaan di ujung timur Madura itu mengalami kemunduran. Kekuasaan diserahkan kepada saudaranya Arya Bangah dan keratonnya pindah dari Batuputih ke Banasare di wilayah Sumenep juga. Selanjutnya diganti oleh anaknya, yang bernama Arya Danurwendo, yang keratonnya pindah ke Desa Tanjung. Dan selanjutnya diganti oleh anaknya, yang bernama Arya asparati. Diganti pula oleh anaknya bernama Panembahan Djoharsari.
Selanjutnya kekuasaan dipindahkan kepada anaknya bernama Panembahan Mandaraja, yang mempunyai 2 anak bernama Pangeran Bukabu yang kemudian menganti ayahnya dan pindah ke Keratonnya di Bukabu (Kecamatan Ambunten). Selanjutnya diganti oleh adiknya bernama Pangeran Baragung yang kemudian pindah ke Desa Baragung (Kecamatan Guluk-guluk).
PANGERAN JOKOTOLE (Pangeran Secodiningrat III)
Pangeran Jokotole menjadi raja Sumenep yang ke 13 selama 45 tahun (1415-1460). Jokotole da adiknya bernama Jokowedi lahir dari Raden Ayu Potre Koneng, cicit dari Pangeran Bukabu sebagai hasil dari perkawinan bathin (melalui mimpi) dengan Adipoday (Raja Sumenep ke 12). Karena hasil dari perkawinan Bathin itulah, maka banyak orang yang tidak percaya. Dan akhirnya, seolah-olah terkesan sebagai kehamilan diluar nikah. Akhirnya menimbulkan kemarahan kedua orang tuanya, sampai akan dihukum mati. Sejak kehamilannya, banyak terjadi hal-hal yang aneh dan diluar dugaan. Karena takut kepada orang tuanya maka kelahiran bayi RA Potre Koneng langsung diletakkan di hutan oleh dayangya. Dan, ditemukan oleh Empu Kelleng yang kemudian disusui oleh kerbau miliknya.
Peristiwa kelahiran Jokotole, terulang lagi oleh adiknya yaitu Jokowedi. Kesaktian Jokotole mulai terlihat pada usia 6 tahun lebih, seperti membuat alat-alat perkakas dengan tanpa bantuan dari alat apapun hanya dari badanya sendiri, yang hasilnya lebih bagus ketimbang ayah angkatnya sendiri. Lewat kesaktiannya itulah maka ia membantu para pekerja pandai besi yang kelelahan dan sakit akibat kepanasan termasuk ayah angkatnya dalam pengelasan membuat pintu gerbang raksasa atas pehendak Brawijaya VII. Dengan cara membakar dirinya dan kemudian menjadi arang itulah kemudian lewat pusarnya keluar cairan putih. Cairan putih tersebut untuk keperluan pengelasan pintu raksasa. Dan, akhirnya ia diberi hadiah emas dan uang logam seberat badannya. Akhirnya ia mengabdi di kerajaan Majapahit untuk beberapa lama.
Banyak kesuksessan yang ia raih selama mengadi di kerajaan Majapahit tersebut yang sekaligus menjadi mantu dari Patih Muda Majapahit. Setibanya dari Sumenep ia bersama istrinya bernama Dewi Ratnadi bersua ke Keraton yang akhirnya bertemu dengan ibunya RA Potre Koneng dan kemudian dilantik menjadi Raja Sumenep dengan Gelar Pangeran Secodiningrat III. Saat menjadi raja ia terlibat pertempuran besar melawan raja dari Bali yaitu Dampo Awang, yang akhirnya dimenangkan oleh Raja Jokotole dengan kesaktiannya menghancurkan kesaktiannya Dampo Awang. Dan kemudian kekuasaannya berakhir pada tahun 1460 dan kemudian digantikan oleh Arya Wigananda putra pertama dari Jokotole.
  • RADEN AYU TIRTONEGORO DAN BINDARA SAOD
Raden Ayu Tirtonegoro merupakan satu-satunya pemimpin wanita dalam sejarah kerajaan Sumenep sebagai Kepala Pemerintahan yang ke 30. Menurut hikayat RA Tirtonegoro pada suatu malam bermimipi supaya Ratu kawin dengan Bindara Saod. Setelah Bindara Saod dipanggil, diceritakanlah mimpi itu. Setelah ada kata sepakat perkawinan dilaksanakan, Bindara Saodmenjadi suami Ratu dengan gelar Tumenggung Tirtonegoro.
Terjadi peristiwa tragis pama masa pemerintahan Ratu Tirtonegoro. Raden Purwonegoro Patih Kerajaan Sumenep waktu mencintai Ratu Tirtonegoro, sehingga sangat membenci Bindara Saod, bahkan merencanakan membunuhnya. Raden Purwonegoro datang ke keraton lalu mengayunkan pedang namun tidak mengenai sasaran dan pedang tertancap dalam ke tiang pendopo. Malah sebaliknya Raden Purwonegoro tewas di tangan Manteri Sawunggaling dan Kyai Sanggatarona. Seperti diketahui bahwa Ratu Tirtonegoro dan Purwonegoro sama-sama keturunan Tumenggung Yudonegoro Raja Sumenep ke 23.
Akibatnya keluarga kerajaan Sumenep menjadi dua golongan yang berpihak pada Ratu Tirtonegoro diperbolehkan tetap tinggal di Sumenep dan diwajibkan merubah gelarnya dengan sebutan Kyai serta berjanji untuk tidak akan menentang Bindara Saod sampai tujuh turunan. Sedang golongan yang tidak setuju pada ketentuan tersebut dianjurkan meninggalkan kerajaan Sumenep dan kembali ke Pamekasan, Sampang atau Bangkalan.
  • PANEMBAHAN SOMALA
Bandara Saod dengan isterinya yang pertama di Batu Ampar mempunyai 2 orang anak. Pada saat kedua anak Bindara Saod itu datang ke keraton memenuhi panggilan Ratu Tirtonegoro, anak yang kedua yang bernama Somala terlebih dahulu dalam menyungkem kepada Ratu sedangkan kakaknya mendahulukan menyungkem kepada ayahnya (Bindara Saod). Saat itu pula keluar wasiat Sang Ratu yang dicatat oleh sektretaris kerajaan. Isi wasiat menyatakan bahwa di kelak kemudian hari apabila Bindara Saod meninggal maka yang diperkenankan untuk mengganti menjadi Raja Sumenep adalah Somala. Setelah Bindara Saod meninggal 8 hari kemudian Ratu Tirtonegoro ikut meninggal tahun 1762, sesuai dengan wasiat Ratu yang menjadi Raja Sumenep adalah Somala dengan gelar Panembahan Notokusumo I.
Beberapa peristiwa penting pada zaman pemerintahan Somala antara lain menyerang negeri Blambangan dan berhasil menang sehingga Blambangan dan Panarukan menjadi wilayah kekuasaan Panembangan Notokusumo I. Kemudian beliau membangun keraton Sumenep yang sekarang berfungsi sebagai Pendopo Kabupaten. Selanjutnya beliau membangun Masjid Jamik pada tahuhn 1763, Asta Tinggi (tempat pemakaman Raja-Raja Sumenep dan keluarganya) juga dibangun oleh beliau.
  • SULTAN ABDURRACHMAN PAKUNATANINGRAT
Sultan Abdurrachman Pakunataningrat bernama asli Notonegoro putra dari Raja Sumenep yaitu Panembahan Notokusumo I. Sultan Abdurrachman Pakunataningrat mendapat gelar Doktor Kesusastraan dari pemerintah Inggris, karena beliau pernah membantu Letnan Gubernur Jendral Raffles untuk menterjemahkan tulisan-tulisan kuno di batu kedalam bahasa Melayu. Beliau memang meguasai berbagai bahasa, seperti bahasa Sansekerta, Bahasa Kawi, dan sebagainya. Dan, juga ilmu pengetahuan dan Agama. Disamping itu pandai membuat senjata Keris. Sultan Abdurrachman Pakunataningrat dikenal sangat bijaksana dan memperhatikan rakyat Sumenep, oleh karena itu ia sangat disegani dan dijunjung tinggi oleh rakyat Sumenep sampai sekarang.
[sumber: http://sumenep.go.id/]

proses pengolahan limbah cair




1.      Pengolahan pertama (primary treatment)
Yang ditujukan untuk mereduksi material padat atau sifat fisik air limbah, misalnya: kertas, ranting, daun dan partikel dengan diameter 0,2 mm yang cukup berat seperti pasir, kerikil, dll.
Macam-macam Unit Pengolahan Pertama (Premary Treatment)
a.       Penyaringan (screening)
Penyaringan dilakukan untuk material-material kasar yang terkandung dalam air limbah seperti ranting, kayu, kertas, dan lain-lain. Fungsi lain dari penyaringan adalah untuk melindungi pompa dan peralatan mekanikal lainnya terhadap terjadinya penyumbatan atau kemacetan. Penyaringan air limbah diklasifikasikan dalam dua macam yaitu saringan halus (Fine screen) dan saringan kasar (Coorse screen).

b.      Penangkap pasir (Grit removal/ grit chamber)
Air limbah umumnya mengandung bahan-bahan padatan anorganik (khususnya air limbah domestik) seperti pasir, kerikil, kulit telur, pecahan kaca dan serpihan logam. Kebanyakan bahan tersebut bersifat abrasif dan akan menimbulkan gangguan terhadap akselerasi sistem pompa yang dioperasikan dan sifat lain yaitu tidak mudah terurai (Unbiodegradasible) serta meningkatkan jumlah endapan sehingga mengurai volume digester. Fasilitas penangkap pasir ini bekerja secara gravitasi, umumnya berbentuk saluran terbuka yang dilengkapi dengan bak pengendap.

c.       Penghancuran (Communiting)
Unit ini berfungsi untuk mengahasilkan material-material kasar yang tidak tersaring, menjadi material-material kecil dalam ukuran 8mm. alat pengaturnya dinamakan communicator. Unit ini umumnya diletakkan melintang pada saluran pembawa air limbah, sehingga saluran iar limbah dipastikan akan melewati mulut unit penghancur ini.  

d.      Penangkap pertama
Unit ini didesain untuk mereduksi zat-zat padat tersuspensi yang ada dalam air limbah. Kebanyakan material zat padat tersuspensi secara alamiah berbentuk flokulan. Sistem pengendap awal dioperaikan dalam 2tipe yaitu, sistem pengendapan dengan penambahan bahan koagulan dan sistem pebgendapan tanpa bahan koagulan. Unit pengendapan awal ini umumnya berbentuk lingkaran atau empat persegi panjang.   

e.       Bangunan penangkap lemak (Grease trap)
 Unit pengolahan air limbah yeng berfungsi untuk memisahkan lemak atau minyak (Grease). Lemak akan mengapunh pada suhu 200C. selanjutnya lemak yang tertangkap dibersihkan secara berkala dengan cara manual ataupun mekanik.

f.       Equalisasi
Unit pengolahan air limbah yeng berfungsi untuk meratakan beban pencemar air limbah (mencampur untuk menjadi lebih homogen) serta untuk mengurangi atau mengendalikan variasi karekteristik air limbah agar tercapai kondisi optimum untuk proses lebih lanjut. Secara teknis unit ini berfungsi untuk :
·         Meredam beban kejut akibat adanya fluktuasi beban organik yang dapat mengganggu proses biologik aerobik.
·         Mengendalikan ph air limbah melalui pencampuran limbah asam dan limbah basa, sehingga mengurangi biaya pembelian asam/basa.
·         Mengurangi fluktuasi aerobik sehingga bebabn hidrolis yang tinggi dapat mengganggu proses lumpur aktif.
·         Memecah konsentrasi bahan beracun yang memasuki bak pengolah biologis sehingga mematikan mikroorganisme yang ada.

g.      Netralisasi
Beberapa limbah industri umumnya bersifat asam/basa, sehingga memerlukan netralisasai sebelum dialirkan ke proses lanjut atau dibuang ke badan air penerima. Untuk menjamin keberhasilan proses biologis (penguraian oleh mikroba) diperlukan ph pada angka kisaran 6,5 - 8,5. Jenis-jenis proses netralisasi :
·         Pengadukan limbah asam dan basa
·         Netralisasi limbah asam dengan serbuk batu marmer
·         Pengadukan asam dengan lumpur aktif
·         Pengadukan dengan limbah alkalin
2.      Pengolahan Kedua (Secondary Treatment)
Yang terdiri dari onversi biologis zat terlarut dan kolodial organik menjadi bio massa yang dapat dihilangkan dengan cara pengendapan. Pengolahan kedua sering juga disebut sebagai pengolahan biologis yaitu pengolahan sistem pengolahan air limbah yang memanfaatkan aktivitas mikroorganisme dengan bantuan atau tanpa bantuan oksigen.
Dalam proses pengolahan biologis mikroorganisme memanfaatkan zat organik dalam air limbah sebagai suplai bahan makanan dan mengkorversi dalam sel biologis atau yang disebut bio massa. Macam – macam aplikasi sistem pengolahan biologis adalah :
a.       Lumpur aktif (aktivated sludge)
b.      Trickling Filter
c.       Bio Tower
d.      Kolam Stabilisasi (stabilitation ponds)
e.       Parit Oksidasi (oxydation ditch)
f.       Aerobik Bio Filter
g.      Sequenzing Beds Reaktur dan modifikasi lainnya.
3.      Pengolahan Lanjut
Pengolahan lanjut sering juga disebut sebagai pengolahan ketiga karena pada dasarnya pada pengolahan tahap ini adalah proses pengolahan limbah cair yang ditujukan untuk menyempurnakan hasil – hasil pada proses –proses pengolahan sebelumnya, yaitu pada tahap proses pengolahan fisika dan biologis. Sifat pengolahan ketiga ini sangat bergantung dari kualitas hasil proses pengolahan pada tahap – tahap sebelumnya, artinya bahwa proses pengolahan ketiga hanya diperlukan bila masih ada material – material pencemar yang masih perlu dihilangkan sebelum dilakukan pembuangan ke badan air penerima. Macam bentuk proses pengolahan ketiga antara lain adalah proses desinfeksi, pertukaran ion dan sebagainya.